Simson Ade Suseno
Ketika pertama aku mengenalmu, yang aku tau kau masih sendiri dalam satu. Waktu itu waktu terus berputar seiring hari dan bulatnya perasaanku padamu. Selang kepercayaanku telah tumbuh kau mulai menerangkan keberadaanmu dan aku memahami betapa kau sudah mencoba untuk jujur tentang buah hatimu.

Kau mengatakan kau cacat dan hina, sebelum kau menuturkan apa yang kaukatakan aku mulai bertanya tentang apa yang menjadi pandangmu bahwa dirimu hina. Kemudian kau menerangkan satu asbab dimana kau telah mempunyai buah hati sungguh itu bukan kehinan ketika kau mempunyai buah hati itu adalah kemuliaan amanah yang telah dititipkan padamu.

Hatiku tak pernah sangsi dan patah ketika aku mendengar tuturkatamu tentang sebuah nama jelita anak manja. Aku berfikir mungkin Allah telah menunjukkan ujian karena lisanku. Aku pernah berucap tidaklah setatus dia gadis atau janda yang menjadi ukuran aku menentukan seorang wanita yg akan menjadi pendamping hidupku dalam menghamba kepadaNya. Karenanya aku tetap tenang dan percaya kepadaNya, dan mengangankan aku betapa bahagianya ketika aku juga turut menjaga amanah dariNya.

Walau dia bukan darahku tapi dia belahan jiwa darimu, kesempurnaan sempat terukir dibenakku ketika aku bercerita kepada kakakku sungguh dia tidak melarangku. Kemudian aku beranikan diri untuk meminta restu kedua orang tuaku, karena keridhoaan mereka adalah jalan pembuka surga.

Disinilah aku menemukan benturan betapa mereka tak mampu menerima adamu, yang menjadi aku tak bisa melihat wanita yang aku cinta tersiksa ketika mereka mengatakan. Mana mungkin aku menimang cucu yang bukan dari darah dagingmu, sungguh aku terpukul. Tapi itulah pandangan aku tetap mencoba untuk sabar dan mencoba untuk menerangkan sungguhpun aku takut menyakiti hatimu.

Selang waktu berjalan aku mulai berfikir tidak indah dan sempurna ketika aku harus membiarkan kau terluka akan karena hati yang baja. Karenanya aku ambil keputusan berpisah dan membuat batasan dikalbu.

Walaupun aku tau ini berat dan mungkin kau akan menangis tapi sungguh biarlah aku yang menanggung setiap butiran air matamu, kau tidak akan tau ketika setiap titikan air matamu adalah cambuk bagiku dan kau telah mengeringkan air mataku. Setiap kebencianmu adalah bembuka jurang yang akan menjerumuskanku dan menguburku dalam patah karena salahku.

Kau akan tetap menjadi wanita yang mulia dan tidak akan pernah menjadi hina karena statusmu, allah bersamamu dan aku hanya batu yang menjadi sandunganmu untuk lebih mengenal dan dekat padaNya. Setiap kehadiran yang akan dituliskan dariNya adalah kebenaran dan lambat laun akan menghapus puing yang telah pecah dan menutup sejengkal hatimu.

Harapku untukmu, Biarlah nanti kau akan menjadi sebuah bunga yang mewangi dan indah disurga. Dan ketika itu aku ingin kembali menjadi yang pertama memetikmu dengan keridhoaan orang tuaku. Jika kini kau bukan pilihan, maka aku ingin kelak kau menjadi pilihan yang terpilih oleh keridhoan orang tuaku.
Label: , ,