Simson Ade Suseno
Bencana lidah amat banyak ragamnya, bisa terasa manis di hati dan banyak pemicunya banyak yang berasal dari tabiat. Tidak ada cara yang bisa menyelamatkan dari bencana ini kecuali dengan diam. Terlebih dahulu akan kita kupas tentang keutamaan diam, lalu disusul dengan berbagai bencana lidah secara terinci.

Diam bisa menghimpun hasrat dan mengkonsentrasikan pikiran. Dalam sebuah hadist, Nabi saw. bersabda,
"Siapa yang menjamin bagiku apa yang ada di antara dua tulang dagunya (lidah) dan apa yang ada di antara dua kakinya (kemaluannya), maka aku menjamin baginya surga." (HR.Bukhari)

Dalam hadist lain beliau bersabda,
"Iman seorang hamba tidak lurus (benar) sebelum hatinya lurus. Hatinya tidak akan lurus sebelum lidahnya lurus." (HR.Ahmad)

Pada bagian akhir dalam hadist Mu'adz, beliau bersabda, "Jagalah ini atas dirimu."
Aku (Mu'adz) bertanya, "Wahai Rasulullah, apakah kami juga akan dihukum karena apa yang kami katakan?"Beliau menjawab, "Ibumu telah susah payah melahirkanmu wahai Mu'adz, "Bukankah manusia wajahnya ditelungkupkan di atas api neraka, melainkan akibat dari lidahnya." (HR.Tirmidzi, Ahmad)

Dalam hadist lain beliau bersabda,
"Siapa yang menjaga lidahnya, maka Allah menutupi aibnya." (HR.Abu Nu'man)

Ibnu Mas'ud berkata, "Tidak ada sesuatu yang membuat seseorang lebih lama mendekam di dalam penjara selain dari lidahnya."

Abu Darda' berkata, "Aktifkanlah dua telingamu daripada mulutmu. Karena engkau diberi dua telinga dan satu mulut, agar engkau lebih banyak mendengar daripada berbicara."

Adapun Bencana-bencana perkataan itu ada delapan, penjelasan lebih lanjut akan kami jelaskan di artikel berikutnya.
Label: , |
Simson Ade Suseno
Sabar itu ada batasnya, ini adalah pemahaman yang sangat fatal. Dengan pemahaman seperti ini akan menyebabkan hati menjadi rapuh tidak akan tegar menerima segala ujian atau musibah dari Allah, yang akhirnya mengakibatkan batin menjadi “merana” banyak orang yang lepas kontrol dengan dalih “ sabar itu ada batasnya.”

Sesungguhnya sabar itu adalah perintah Allah swt, dengan demikian tidak akan ada batasnya. Ini sama saja halnya dengan shalat lima waktu, hanya bedannya, bila sholat dilakukan pada waktu-waktu tertentu sedangkan sabar dilakukan pada saat awal tertinpa musibah. Sedangkan musibah itu selama kita hidup tidak pernah akan berhenti.

Seperti yang tertera dalam firman Allah berikut ini:
Sesungguhnya Kami telah menjadikan apa yang ada di bumi sebagai perhiasan bagi manusia, agar kamu menguji mereka siapakah di antara mereka yang terbaik perbuatannya. (Al-Kahfi (18):7)

Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan saja mengatakan : “ kami telah beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi?(Al-Ankabuut (29):2)

Bahkan dalam hadist Nabi di tegaskan bahwa musibah itu merupakan indikator kecintaan Allah kepada hambanya (“ Sesungguhnya apabila Allah mencintai seseorang hamba maka Dia tenggelamkan hamba tersebut kedalam cobaan, Barang siapa yang tidak pernah mengalami musibah, maka ia jauh dari kasih sayang Allah”). Bukankah dengan musibah itu berarti Allah memberikan peluang kepada kita untuk memperoleh pahala yang sangat dibutuhkan dalam “ kehidupan abadi” nanti?

Sabar itu tidak hanya di lakukan ketika menerima musibah saja namun juga harus di lakukan pada waktu diberikan kesenangan. Karena ujian Allah itu tidak hanya terdapat dalam kesusahan saja, namun terdapat juga dalam kesenangan, kebanyakan orang justru lalai menjalankan sabar bila di beri kesenangan.

Coba renungkan firman Allah berikut:
Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar. ( Al-Bawarah(2)”153)
Label: , |