Simson Ade Suseno
“Wahai umatku, kita semua ada dalam kekuasaan Allah dan Cinta Kasih-Nya.
Maka taati dan bertakwalah hanya kepada-Nya. Kuwariskan dua hal pada
kalian, Sunnah dan Al-Qur’an. Barang siapa yang mencintai Sunnahku berarti mencintai aku, dan kelak orang-orang yang mencintaiku, akan bersama-sama masuk surga bersama aku,“

Khutbah singkat itu diakhiri dengan pandangan mata Rasullah yang teduh
menatap sahabatnya satu persatu. Abu Bakar menatap mata itu dengan
berkaca-kaca. Umar dadanya naik turun menahan nafas dan tangisnya. Ustman menghela nafas panjang dan Ali menundukan kepalanya dalam-dalam. (sesuai dengan kepribadian para sahabat Abu Bakar yg lembut hatinya, Umar yg kuat dan pemberani, ustman yg tabah,Ali yg cerdas…)

Isyarat itu telah datang, saatnya sudah tiba “Rasulullah akan meninggalkan
kita semua” desah hati semua sahabat kala itu. Manusia tercinta itu, hampir usai menunaikan tugasnya di dunia.

Tanda-tanda itu semakin kuat, tatkala Ali dan Fadhal dengan sigap
menangkap Rasulullah yang limbung saat turun dari mimbar. Saat itu,
seluruh sahabat yang hadir di sana pasti akan menahan detik-detik berlalu,
kalau bisa.

Detik detik menjelang kedatangan Malaikatul Maut

Matahari kian tinggi, tapi pintu rumah Rasulullah masih tertutup. Sedang
di dalamnya, Rasulullah sedang terbaring lemah dengan keningnya yang
berkeringat dan membasahi pelepah kurma yang menjadi alas tidurnya.
Tiba-tiba dari luar pintu terdengar seseorang yang berseru mengucapkan
salam.

“Assalaamu’alaikum… .Bolehkah saya masuk ?” tanyanya.
Tapi Fatimah tidak mengijinkannya masuk, “Maafkanlah, ayahku sedang
demam” kata Fatimah yang membalikkan badan dan menutup pintu. Kemudian ia kembali menemani ayahnya yang ternyata sudah membuka mata dan bertanya kepada Fatimah.

“Siapakah itu wahai anakku?”
“Tak tahulah aku ayah, sepertinya baru sekali ini aku melihatnya” tutur
Fatimah lembut. Lalu Rasulullah menatap putrinya itu dengan pandangan yang menggetarkan. Satu-satu bagian wajahnya seolah hendak dikenang.
“Ketahuilah, dialah yang menghapuskan kenikmatan sementara, dialah yang memisahkan pertemuan di dunia. dialah Malaikat Maut,” kata Rasulullah.

Fatimah pun menahan ledakan tangisnya. Malaikat Maut datang menghampiri, tapi Rasulullah menanyakan kenapa Jibril tak ikut menyertai. Kemudian dipanggillah Jibril yang sebelumnya sudah bersiap diatas langit untuk menyambut ruh kekasih Allah dan Penghulu dunia ini. (sepertinya Malaikat Jibril Tidak Sanggup melihat Rasulullah dicabut nyawanya)

“Jibril, jelaskan apa hakku nanti dihadapan Allah?” Tanya Rasulullah
dengan suara yang amat lemah.

“Pintu-pintu langit telah dibuka, para malaikat telah menanti Ruhmu, semua pintu Surga terbuka lebar menanti kedatanganmu” kata Jibril. Tapi itu semua ternyata tidak membuat Rasulullah lega, matanya masih penuh
kecemasan.

“Engkau tidak senang mendengar kabar ini, Ya Rasulullah?” tanya Jibril
lagi.

“Kabarkan kepadaku bagaimana nasib umatku kelak?”

“Jangan Khawatir, wahai Rasulullah, aku pernah mendengar Allah berfirman kepadaku: ‘Kuharamkan surga bagi siapa saja, kecuali umat Muhammad telah berada didalamnya’” kata Jibril. (subhanallah Beliau mencemaskan kita semua..amien)

Detik-detik semakin dekat, saatnya Izrail melakukan tugas. Perlahan Ruh
Rasulullah ditarik. Tampak seluruh tubuh Rasulullah bersimbah peluh,
urat-urat lehernya menegang.

“Jibril, betapa sakit Sakaratul Maut ini.” Lirih Rasulullah mengaduh.
Fatimah terpejam, Ali yang disampingnya menunduk semakin dalam dan Jibril memalingkan muka.

“Jijikkah engkau melihatku, hingga kau palingkan wajahmu wahai Jibril?”
Tanya Rasulullah pada malaikat pengantar wahyu itu.

“Siapakah yang tega, melihat kekasih Allah direngut ajal,” kata Jibril.
Sebentar kemudian terdengar Rasulullah memekik karena sakit yang tak
tertahankan lagi.

“Ya Allah, dahsyat nian maut ini, timpakan saja semua siksa maut ini
kepadaku, jangan kepada umatku”. (Beliau Begitu Memikirkan
umatnya, Seharusnya bisa Saja Rasulullah Meminta untuk dihilangkan Rasa
sakitnya karena doa Beliau sungguh didengarkan oleh-Nya. Tetapi Beliau
lebih Mengkhawatirkan Umatnya)

Badan Rasulullah mulai dingin, kaki dan dadanya sudah tak bergerak lagi.
Bibirnya bergetar seakan hendak membisikan sesuatu, Ali segera mendekatkan telinganya.

“Peliharalah shalat dan santuni orang-orang lemah diantaramu”

Di luar pintu, tangis mulai terdengar bersahutan, sahabat saling
berpelukan. Fatimah menutupkan tangan diwajahnya, dan Ali kembali
mendekatkan telinganya ke bibir Rasulullah yang mulai kebiruan.

“umatku, umatku, umatku”

dan……..

PUPUSLAH KEMBANG HIDUP MANUSIA MULIA ITU………

“Wahai Jiwa Yang Tenang
Kembalilah Kepada Tuhanmu
Dengan Hati Yang Puas Lagi Diridhai-Nya
Maka Masuklah Ke Dalam Jamaah Hamba-Hamba- Ku
Dan Masuklah Ke Dalam Jannah-Ku”

Kutipan :
http://www.facebook.com/sim.a.s2?success=1#!/notes/yani-alma-sugandi/menjelang-wafatnya-rasulullah-saw/440706870855
Label: , , |
Simson Ade Suseno
Oleh
Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz

Pertanyaan.
Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz ditanya : Bolehkah seseorang berdo'a di
tengah shalat wajib, misalnya setelah melakukan beberapa rukun seperti ketika
sujud seusai membaca Subhanallah lalu berdo'a Allahummaghfirli warhamni (Ya
Allah ampunilah aku dan rahmatillah aku) atau do'a yang lain ? Saya berharap
mendapatkan nasihat yang bermanfaat.

Jawaban
Disyariatkan bagi seorang mukmin untuk berdo'a ketika shalatnya di saat yang
disunnahkan untuk berdo'a, baik ketika shalat fardhu maupun shalat sunnah.
Adapun saat berdo'a katika shalat adalah tatkala sujud, duduk di antara dua
sujud dan akhir salat setelah tasyahud dan shalawat atas Nabi Shallallahu alaihi
wa sallam sebelum salam. Sebagaimana telah disebutkan dari Nabi Shallallahu
alaihi wa sallam bahwa beliau berdo'a ketika duduk di antara dua sujud untuk
memohon ampunan. Telah diriwayatkan pula bahwa beliau berdo'a ketika duduk di
antara dua sujud

"Allahummagfirlii, warhamnii, wahdinii, wajburnii, warjuqnii, wa'aafinii"

"Artinya : Ya Allah ampunilah aku, rahmatillah aku, berilah hidayah kepadaku,
cukupilah aku, berilah rezeki kepadaku dan maafkanlah aku"

Nabi Shallallahu alaihi wa sallam juga bersabda.

"Artinya : Adapun rukuk maka agungkanlah Rabb-mu, sedangkan ketika sujud
bersungguh-sungguhlah dalam berdo'a, niscaya segera dikabulkan untuk
kalian"[Diriwayatkan oleh Muslim di dalam shahihnya]

Diriwayatkan pula oleh Muslim dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu bahwa Nabi
Shallallahu alaihi wa sallam bersabda.

"Artinya : Jarak paling dekat antara seorang hamba dengan Rabb-nya adalah ketika
sujud, maka perbanyaklah doa (ketika itu)"

Di dalam Ash-Shahihian dari Abdullah bin Mas'ud Radhiyallahu anhu bahwa Nabi
Shallallahu alaihi wa sallam ketika mengajarkan tasyahud kepadanya berkata :

"Kemudian hendaknya seseorang memilih permintaan yang dia kehendaki"

Dalam lafazh yang lain.

"Kemudian pilihlah do'a yang paling disukai lalu berdo'a"

Hadits-hadits yang semakna dengan ini banyak. Hal ini menunjukkan
disyariatkannya berdo'a dalam kondisi-kondisi tersebut dengan do'a yang disukai
oleh seorang muslim, baik yang berhubungan dengan akhirat maupun yang berkaitan
dengan kemaslahatan duniawiyah. Dengan syarat dalam do'anya tidak ada unsur dosa
dan memutuskan silaturahim. Namun yang paling utama adalah memperbanyak do'a
dengan do'a yang diriwayatkan dari Nabi Shallallahu alaihi wa sallam

[Disalin dari kitab Al-Fatawa Juz Awwal, edisi Indonesia Fatawa bin Baaz,
Penulis Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baaz, Penerjemah Abu Abdillah Abdul
Aziz, Penerbit At-Tibyan Solo]
Label: , |
Simson Ade Suseno
Oleh
Ismail bin Marsyud bin Ibrahim Ar-Rumaih


Mengangkat tangan dalam berdoa merupakan etika yang paling agung dan memiliki
keutamaan mulia serta penyebab terkabulnya doa.

Dari Salman Al-Farisi Radhiyallahu 'anhu bahwa Nabi Shallallahu 'alaihi wa
sallam bersabda.

"Artinya : Sesungguhnya Rabb kalian Maha Hidup lagi Maha Mulia, Dia malu dari
hamba-Nya yang mengangkat kedua tangannya (meminta-Nya) dikembalikan dalam
keadaan kosong tidak mendapat apa-apa". [Sunan Abu Daud, kitab Shalat bab Doa
2/78 No.1488, Sunan At-Tirmidzi, bab Doa 13/68. Musnad Ahmad 5/438. Dishahihkan
Al-Albani, Shahih Sunan Abu Daud].

Syaikh Al-Mubarak Furi berkata bahwa lafazh hayyun berasal dari lafazh haya'
yang bermakna malu. Allah memiliki sifat malu yang sesuai dengan keagungan
dzat-Nya kita beriman tanpa menggambarkan sifat tersebut. Lafazh kariim yang
berarti Maha Memberi tanpa diminta dan dihitung atau Maha Pemurah lagi Maha
Memberi yang tidak pernah habis pemberian-Nya, Dia dzat yang Maha Pemurah secara
mutlaq. Lafazh an yarudahuma shifron artinya kosong tanpa ada sesuatu. [Mur'atul
Mafatih 7/363]

Dari Anas Radhiyalahu 'anhu berkata bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa
sallam tidak berdoa dengan mengangkat tangan kecuali dalam shalat Istisqa.
[Shahih Al-Bukhari, bab Istisqa' 2/12. Shahih Muslim, kitab Istisqa' 3/24].

Imam Hafizh Ibnu Hajar berkata bahwa hadits tersebut tidak menafikan berdoa
dengan mengangkat tangan akan tetapi menafikan sifat dan cara tertentu dalam
mengangkat tangan pada saat berdoa, artinya mengangkat tangan dalam doa istisqa'
memiliki cara tersendiri mungkin dengan cara mengangkat tangan tinggi-tinggi
tidak seperti pada saat doa-doa yang lain yang hanya mengangkat kedua tangan
sejajar dengan wajah saja.

Berdoa dengan mengangkat tangan hingga sejajar dengan kedua pundak tidaklah
bertentangan dengan hadits di atas sebab beliau pernah berdoa mengangkat tangan
hingga kelihatan putih ketiaknya, maka boleh mengangkat tangan dalam berdoa
hingga kelihatan ketiaknya, akan tetapi di dalam shalat istisqa dianjurkan lebih
dari itu atau mungkin pada shalat istisqa kedua telapak tangan diarahkan ke bumi
dan dalam doa selainnya kedua telapak tangan diarahkan ke atas langit.

Imam Al-Mundziri mengatakan bahwa jika seandainya tidak mungkin menyatukan
hadits-hadits diatas, maka pendapat yang menyatakan berdoa dengan mengangkat
tangan lebih mendekati kebenaran sebab banyak sekali hadits-hadits yang
menetapkan mengangkat tangan dalam berdoa, seperti yang telah disebut Imam
Al-Mundziri dan Imam An-Nawawi dalam Syarah Muhadzdzab dan Imam Al-Bukhari dalam
kitab Adabul Mufrad. Adapun hadits yang diriwayatkan Imam Muslim dari 'Amarah
bin Ruwaibah bahwa dia melihat Bisyr bin Marwan mengangkat tangan dalam berdoa,
lalu mengingkarinya kemudian berkata : "Saya melihat Rasulullah Shallallahu
'alaihi wa sallam tidak lebih dari ini sambil mengisyaratkan jari telunjuknya.
Imam At-Thabari meriwayatkan dari sebagian salaf bahwa disunnahkan berdoa dengan
mengisyaratkan jari telunjuk. Akan tetapi hadits di atas terjadi pada saat
khutbah Jum'at dan bukan berarti hadits tersebut menafikan hadits-hadits yang
menganjurkan mengangkat tangan dalam berdoa. [Fathul Bari 11/146-147].

Akan tetapi dalam masalah ini terjadi kekeliruan, sebagian orang ada yang
berlebihan dan tidak pernah sama sekali mau meninggalkan mengangkat tangan, dan
sebagian yang lainnya tidak pernah sama sekali mengangkat tangan kecuali
waktu-waktu khusus saja, serta sebagian yang lain di antara keduanya, artinya
mengangkat tangan pada waktu berdoa yang memang dianjurkan dan tidak mengangkat
tangan pada waktu berdoa yang tidak ada anjurannya. Imam Al-'Izz bin Abdussalam
berkata bahwa tidak dianjurkan mengangkat tangan pada waktu membaca doa iftitah
atau doa diantara dua sujud. Tidak ada satu haditspun yang shahih yang
membenarkan pendapat tersebut.

Begitupula tidak disunahkan mengangkat tangan tatkala membaca doa tasyahud dan
tidak dianjurkan berdoa mengangkat tangan kecuali waktu-waktu yang dianjurkan
oleh Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam untuk mengangkat tangan. [Fatawa
Al-Izz bin Abdussalam hal. 47].

Syaikh Bin Bazz berkata bahwa dianjurkan berdoa mengangkat tangan karena
demikian itu menjadi penyebab terkabulnya doa, berdasarkan hadits Nabi
Shallallahu 'alaihi wa sallam.

"Artinya : Sesungguhnya Tuhan kalian Maha Hidup lagi Maha Mulia, Dia malu kepada
hamba-Nya yang mengankat kedua tangannya (meminta-Nya), Dia kembalikan dalam
keadaan kosong tidak mendapat apa-apa". [Hadits Riwayat Abu Dawud].

Dan sanda Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam.

"Artinya : Sesungguhnya Allah Maha Baik tidak menerima kecuali yang baik dan
sesungguhnya Allah memerintahkan kepada orang-orang beriman seperti
memerintahkan kepada para rasul, Allah berfirman.

"Hai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rizki yang baik-baik yang Kami
berikan kepadamu dan bersyukurlah kepada Allah, jika benar-benar hanya
kepada-Nya kamu menyembah". [Al-Baqarah : 172].

Dan firman Allah : "Hai rasul-rasul, makanlah dari makanan yang baik-baik, dan
kerjakanlah amal yang shalih. Sesungguhnya Aku Maha Mengetahui apa yang kamu
kerjakan". [Al-Mukminuun : 51]

Kemudian beliau menyebutkan seseorang yang lusuh mengangkat kedua tangannya ke
arah langit berdoa : 'Ya Rabi, ya Rabbi tetapi makanannya haram, minumannya
haram dan pakaiannya haram serta darah dagingnya tumbuh dari yang haram,
bagaimana doanya bisa dikabulkan .?" [Shahih Muslim, kitab Zakat 3/85-86]

Tidak dianjurkan berdoa mengangkat tangan bila Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa
sallam tidak mengangkat kedua tangannya pada waktu berdoa seperti berdoa pada
waktu sehabis salam dari shalat, membaca doa di antara dua sujud dan membaca doa
sebelum salam dari shalat serta pada waktu berdoa dalam khutbah Jum'at dan Idul
fitri, tidak pernah ada hadits yang menyebutkan bahwa Rasulullah Shallallahu
'alaihi wa sallam mengangkat tangan pada waktu waktu tersebut.

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam adalah panutan kita dalam segala hal,
apa yang ditinggalkan dan apa yang dilaksanakan semuanya suatu yang terbaik buat
umatnya, akan tetapi jika dalam khutbah Jum'at khatib membaca doa istisqa', maka
dianjurkan mengangkat tangan dalam berdoa sebagaimana yang telah dilakukan oleh
Rasulullah Shallallah 'alaihi wa sallam. [Shahih Al-Bukhari, bab Istisqa', bab
Jamaah Mengangkat Tangan Bersama Imam 2/21].

Dianjurkan mengangkat tangan dalam berdoa setelah shalat sunnah tetapi lebih
baik jangan rutin melakukannya karena Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam
tidak rutin melakukan perbuatan tersebut dan seandainya demikian, maka pasti
kita menemukan riwayat dari beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam terlebih para
sahabat selalu menyampaikan segala tindakan dan ucapan beliau baik dalam keadaan
mukim atau safar.

Adapun hadits yang berbunyi :

"Artinya : Shalat adalah ibadah yang membutuhkan khusyu' dan berserah diri, maka
angkatlah kedua tanganmu dan ucapkanlah : Ya Rabbi, ya Rabbi". [Hadits Dhaif,
Fatawa Muhimmmah hal. 47-49].

Dan tidak dianjurkan mengangkat tangan dalam membaca doa thawaf sebab Nabi
Shallallahu 'alaihi wa sallam berkali-kali melakukan thawaf tidak ada satu
riwayatpun yang menjelaskan bahwa beliau berdoa mengangkat tangan pada saat
thawaf.

Sesuatu yang terbaik adalah mengikuti ajaran Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa
sallam dan sesuatu yang terburuk adalah mengikuti perbuatan bid'ah.

Cara Mengangkat Tangan Dalam Berdoa.

Ibnu Abbas berpendapat bahwa cara mengangkat tangan dalam berdoa adalah kedua
tangan diangkat hingga sejajar dengan kedua pundak, dan beristighfar berisyarat
dengan satu jari, adapun ibtihal (istighasah) dengan mengangkat kedua tangan
tinggi-tinggi. [Sunan Abu Daud, bab Witir, bab Doa 2/79 No. 14950. Dishahihkan
oleh Al-Albani dalam Shahih Sunan Abu Daud].

Imam Al-Qasim bin Muhammad berkata bahwa saya melihat Ibnu Umar berdoa di
Al-Qashi dengan mengangkat tangannya hingga sejajar dengan kedua pundaknya dan
kedua telapak tangannya dihadapkan ke arah wajahnya. [Dishahihkan oleh Ibnu
Hajar dalam Fathul Bari 11/147. Dinisbatkan kepada AL-Bukhari dalam kitab Adabul
Mufrad tetapi tidak ada].

Ketahuilah Bahwa Doa Istisqa' Memiliki Dua Cara

Pertama.
Mengangkat kedua tangan dan mengarahkan kedua telapak tangan ke wajah,
berdasarkan dari Umair Maula Abi Al-Lahm bahwa dia melihat Nabi Shallallahu
'alaihi wa sallam berdoa istisqa di Ahjari Zait dekat dengan Zaura' sambil
berdiri mengangkat kedua telapak tangannya tidak melebihi di atas kepalanya dan
mengarahkan kedua telapak tangan ke arah wajahnya. [Sunan Abu Daud, kitab Shalat
bab Raf'ul Yadain fil Istisqa' 1/303 No. 1168. Dishahihkan oleh Al-Albani dalam
Shahih Sunan Abu Daud 1/226 No. 1035].

Kedua
Mengangkat tagan tinggi-tinggi dan mengarahkan luar telapak tangan ke arah
langit dan dalam telapak tangan ke arah bumi. Dari Anas bahwa beliau melihat
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam berdoa saat istisqa dengan mengangkat
tangan tinggi-tinggi dan mengarahkan telapak tangan sebelah dalam ke arah bumi
hingga terlihat putih ketiaknya. [Sunan Abu Daud, kitab Shalat bab Raf'ul Yadain
fil Istisqa' 1/303 No. 1168. Dishahihkan oleh Al-Albani dalam Shahih Sunan Abu
Daud 1/226 No. 1035].


[Disalin dari buku Jahalatun nas fid du'a, edisi Indonesia Kesalahan Dalam
Berdoa oleh Ismail bin Marsyud bin Ibrahim Ar-Rumaih, hal 61-69 terbitan Darul
Haq, penerjemah Zaenal Abidin Lc]
|